26 Agu 2015

Pengagumu yang Pengecut

Pengagumu yang Pengecut

 
               Ingin sekali aku berteriak dihadapanmu. Bagaimana bisa kau tak tau tentang perasaan ku, atau jangan-jangan kau memang (pura-pura) tidak tahu. Bila bisa ingin sekali ku katakan padamu, aku orang yang memikirkanmu sepanjang waktu, aku yang tak pernah lupa memperhatikanmu, dan aku, orang yang ikut tersenyum saat diam-diam aku memperhatikanmu tersenyum.
            Aku ingin sekali mengungkapkan segala rasa, tak peduli bagaimanapun akhirnya. Namun sekali lagi ku jelaskan seandainya itu bisa, hanya seandainya. Bagaimana aku mampu mengutarakan perasaan, sedang tatap matamu saja sudah membuatku bungkam, matamu selalu membawaku tenggelam begitu dalam. Dengan mendengar suaramu saja, sudah membuat damai gejolak yang membuncah didalam dada. Ah melelahkan, ini sungguh melelahkan, saat aku harus terus memendam perasaan yang semakin hari semakin menyesakan. Perasaan yang hanya bisa  ku pendam, tanpa berani ku ungkapakan
Apa aku harus menunggu? Hingga kau juga berikan tanda bahwa kau punya rasa yang sama. Harus menunggu seseorang yang nyatanya sampai sekarang masih tak mau tahu. Seandainya saja kau lebih teliti atas kedekatan ini, pasti rasanya tak sesakit ini, seandainya kau mau tahu betapa dalamnya aku menyimpan rasa untukmu, mungkin kau tak kan tega sedikitpu menyakitiku.
Maaf jika aku menyudutkanmu, tak usah merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Aku yang bersalah, aku yang memilih menjadi seorang pengecut. Hanya diam-diam tersenyum saat memandangmu tersenyum, hanya diam-diam merasa perih saat kamu menangis, dan hanya diam-daim cemburu saat kau bersama yang lain. Iya, hanya sekedar diam-diam. Pengecutmu ini hanya sibuk menduga-duga, mencari-cari setiap sikap yang seakan memberiku harapan bahwa kau memiliki rasa yang sama. tapi nyatanya aku tetap tak tau apa-apa. Mungkin saja kau hanya seorang yang memang baik hati dan dan mudah akrab dengan orang lain, tidak hanya denganku. Memang aku sudah sangat kelelahan menahan , tapi kamu bukanlah seseorang yang mudah dilupakan. Biar,ku tetap bertahan sendirian!

22 Agustus 2015
Amelia P S

24 Agu 2015

Jika Aku Memang Tidak Benar-Benar Kau Inginkan

Jika Aku Memang Tidak Benar-Benar Kau Inginkan.




Kepada kamu yang mengajaku tenggelam pada sebuah perasaan. Jangan hadirkan nyaman jika memang akhirnya kamu berubah sedingin angin malam. Kau mengajaku berlari begitu jauh dan tiba-tiba meninggalkanku ditengah jalan, hingga aku sadar mungkin aku hanyalah pelampiasan. Jika memang ia saja yang kau inginkan, mengapa kau juga beri aku harapan?.
Kamu sendiri yang menyebar benih cinta itu, kau sirami dengan sabar, kau pupuk dengan kasih sayang hingga tiba cinta itu tumbuh subur . dengan tega kau injak-injak hingga hancur lebur. Kau ucap tak ingin kehilangan, namun akhirnya kamu sendiri yang membuang. Jawab,tolong jawab apa maumu?. Kamu tahu akupun juga punya hati, aku pun juga ingin kau hargai. Bukan seseorang yang seenaknya kau jadikan pengisi di waktu kosongmu. Kau jadikan pelampiasanmu.
Terkadang aku juga ingin merasakan menjadi kamu, seseorang yang tak berperasaan, yang mematahkan harapan saat aku mulai memperjuangkan. Menjadi yang di harapkan dan akhirnya mengecewakan, orang yang berjanji namun ternyata ia ingkari. Pergi seenaknya tanpa merasa bersalah akan sakitku ini.
Sudahlah , ini bukan salahmu. Ini adalah salahku yang terlalu mudah menerima uluran tanganmu saat itu, yang terlalu mempercayaimu. Percaya bahwa kau akan terus menggenggamku, percaya bahwa semua akan berakhir bahagia, namun aku lupa bahwa perasaan bisa berubah tiba-tiba. Dan aku tak sempat mempersiapkan diri untuk hal itu. aku kini hanya seseorang yang masih belum bisa melepaskan sesuatu yang seharsnya aku iklhaskan,  Untukmu lagi jika memang pada akhirnya kau tak bisa hadirkan bahagia, mengapa kau beri aku luka?

21 agustus 2015

Amelia P S

19 Agu 2015

Setidaknya Aku Telah Mengaku

Setidaknya Aku Sudah Mengaku

          Kevin dan Riani adalah sepasang sahabat yang sungguh dekat, saking dekatnya, kemanapun Kevin pergi disana pasti juga ada Riani. Persahabatan yang mereka jalin sungguh menyenangkan.begitu banyak tawa yang mereka umbar. Hingga suatu ketika sikap Kevin sedikit berubah. Ia tak seceria biasanya, ia sering uring-uringan sendiri. dan ternyata Kevin sedang jatuh cinta pada seseorang. Namun entah mengapa kali ini Kevin benar-benar menyimpan rapat-rapat masalahnya tersebut. Dan itu semakin membuat Riani heran padanya. Hingga suatu pagi Riani mendesak Kevin tuk mengaku.

“ Vin kamu kenapa sih? Ayo dong cerita, aku kan juga selalu cerita ke kamu” Riani merayu

“ Kau tak perlu tahu kali ini.Mungkin wanita itu akan segera bahagia bersama orang barunya” Jawab Kevin datar“ 

"Yasudah, sekarang kamu gitu ya” Riani merajuk

“ Aku takut menceritakanya padamu,aku sungguh khawatir” Muka Kevin berubah cemas

Riani  menonjok bahu Kevin pelan,  “Hey kamu ini kenapa, ayo katakan saja siapa perempuan itu!”

Kevin tak balik menatap riani “ Tapi kali ini aku benar-benar tak bisa menceritakanya “ Kevin tampak gelisah saat itu

“ Yasudah jika kau belum ingin menceritakanya padaku, aku masuk kelas dulu ya!” Riani mulai beranjak ke kelas, namun tiba-tiba tangan Kevin meraih tangannya. 

“ Riani tunggu, duduklah kembali ” Tatapan mata Riani seketika seakan bertanya-tanya pada Kevin. Kevin lalu tertunduk 

“ Kau ingin tahu siapa wanita yang benar-benar membuatku jatuh? Dan mungkin kau memang berhak tau”

“ Siapa Vin? jangan buat penasaran deh”Tiba-tiba Kevin menatap mata Riani begitu dalam, sangat serius. Beberapa detik mereka hanya perpandangan tanpa kata.

“ Wanita itu, wanita yang telah lama menjadi sahabatku. Wanita itu kini sedang duduk didepanku. Dan mata yang selama ini begitu aku kagumi, mata itu kini sedang ku pandang begitu dalam. Maaf Riani, maaf jika aku mencintaimu. Maafkan aku sekali lagi, asal kau tau aku tak pernah memilih untuk mencintai seseorang, terlebih mencintai sahabatku sendiri.” Kevin lalu tertunduk, sepertinya bola matanya berkaca-kaca. Mendengar pengakuan itu jantung Riani seakan berhenti, udara seakan tiba-tiba hilang. Riani hanya bisa terdiam.

“Aku sungguh takut setelah ku akui ini semua, kau akan berubah. Aku takut kau akan menjauhiku karena kau tau aku berharap padamu, aku takut tak bisa menghabiskan waktuku bersamamu lagi. Tepatnya aku takut akan  kita yang akan berubah. maaf riani, cepat atau lambat aku memang harus mengakuinya” lanjut kevin tetap tertunduk

“ Kevin lihat aku, tatap mataku yang begitu kau sukai ini. Dengar! Aku begitu nyaman saat bersamamu, bahkan lebih nyaman daripada bersama kekasihku, tapi maaf , aku dan mungkin juga kamu pasti tak ingin merusak hubungan yang sungguh menyenangkan ini bukan? Hanya karena cinta. Aku paham atas ketakutanmu, dan sekarang aku yakin kau pasti juga sudah tahu tentang jawabanku. “ Riani tersenyum manis, dan beranjak meninggalkan Kevin sendiri.

15 Agu 2015

Di Tempat Ini, Aku Kembali


Di Tempat Ini, Aku Kembali




Apa kabar senja? Aku datang lagi ketempat ini . Ku harap kau bukan senja yang pelupa. karena sepertinya kita memang telah lama tak bersua. Mungkin kau heran, Maaf kali ini aku hanya datang sendirian, Jika kau tanyakan tentang dia? Ku kira Dia sudah bahagia. Pastinya dengan orang barunya.Dan kini tinggalah aku dan senja, tanpa dia

Tak usah menatapku bak saga. Iya senja, iya, aku mengaku. Aku merindukanya

Aku datang kesini hanya ingin menikmati setiap detik yang membawa kenangan didalamnya, setiap bayang-bayang yang menyesakan dada. Suatu waktu aku dan dia berdua disini, menatap rona jingga di ujung sana. Kau pasti juga melihat tawanya bukan ? tawa manis itu, tawa yang selalu menahanku tuk beranjak. Sesederhana itu aku merangkai bahagia bersamanya.

Ditempat ini, aku kembali untuk berterima kasih atas semua lukisan indah yang menemani aku dan dia kala bersama . terimakasih kau telah bersedia menjadi saksi bisu saat kelingking kita bersatu. Atas janji untuk tetap menyatu.

Bagiku datang ke tempat ini adalah caraku mengingatnya. Setidaknya aku masih merasa ia duduk disampingku. Memandangi wajahku dengan senyum manisnya Aku yakin ia masih disini. Tepatnya dalam sanubari. Meski ku tahu ia tak akan pernah datang tuk bersama kembali.


Sekali lagi, Terima kasih senja.

-AMELIA P. S.-


9 Agu 2015

Tiada Lagi Pulang Setelah Tualang


Tiada Lagi Pulang Setelah Tualang  


Seharunya kau tak datang, kau tak harus pulang saat semuanya mulai redam. Saat ingatan itu mulai pudar. Sebab kau tak tau betepa sulitnya hingga tiba pada titik ini. Berminggu-minggu aku habiskan untuk mendengarkan lagu galau. Dan terkadang mendengarkan “ lagu kita “  yang sebenarnya hanya menambah lekat bayangmu. Tatapku saat itu sungguh kosong. Dan saat itu aku sadar mendengarkan lagu sedih hanya akan membuat seseorang semakin tenggelam dalam kepiluan. Mau tak mau, meski perlahan aku harus tetap hidup. Sakit itu mulai pudar, hingga saat ku dengar namamu semua tak seperih dulu.

Saat semua sudah kembali, kau datang. Pulang. Awalnya hanya basa-basi, dan perlahan kau bawa bayang kenangan. Kau ungkit kebahagiaan yang pernah kita lewati bersama dulu. Bagaimanapun aku hanya perempuan biasa, yang akhirnya terbawa suasana. Namun otaku masih waras kala itu. Aku tak ingin mengulang kesalahan kedua kali, karena aku takut akan trauma. Untuk apa bersama seseorang yang pernah tak bersedia. Bukankah dulu juga kuberikan segala yang terbaik yang ku bisa? Namun kau buang sia-sia. Bukankah jika tak kubiarkan kamu kembali itu hak ku? Iya, seperti kamu dulu, yang menganggap meninggalkanku adalah hak mu waktu itu.
           
Dan sekarang biarkan aku yang memintamu pergi, kembalilah pada keyakinanmu dulu, bahwa aku hanya wanita yang pantas ditinggalkan. Orang yang tak pantas untukmu. Saat kau sudah bahagia dan aku masih berdarah darah, apa kau peduli? Tidak. Bahkan kau posisikan aku sebagai orang asing yang tak pernah kau kenal. Dan kini saat aku tidak bisa menerimamu lagi kau menatapku seakan aku melakuakan kesalahan besar. Tuan, tolong jelaskan dimana letak kesalahanku? Kau hanya tak ingin merasakan penyesalan, kau sulit menerima keadaan. Kau tetap sama, lelaki egoisku.
           
Seharusnya dulu kau pikir matang-matang, apa ada orang lain yang lebih baik dariku? Apa memang aku pantas kau buang? Apa orang baru itu juga akan  membuatmu bangga memilikinya?  Sudahlah, itu sudah cerita lalu. Kini aku sudah berada pada hidup baru, dan bila boleh kuminta kau jangan menggagu. Dan kupastikan, ku tak akan meniru sikapmu. Menyia-nyiakan seseorang berharga yang begitu dalam mencintaiku, demi seseorang yang sekedar memikatku sesaat.
Ada yang tak kalah menyedihkan. Lagi,  aku harus memulai dari awal


Amelia P S